@2020

Makalah E-Commerce Sistem Informasi Manajemen


Presepsi Risiko Melakukan E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen dalam Membeli Produk Fashion Online

  

Tim Penyusun :
Burhanuddin Y Iqbal           5160311016
Azminuri Dyah I                   5160311023
Dewi Kurniawati                   5160311028
Tsaraulya Atika L                5160311032
Candana Kumalasari            5160311046
Riana Ayu                              5160311049

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Informasi Manajeme tentang “Persepsi resiko melakukan E-commerce dengan kepercayaan konsumen dalam membeli produk fashion online”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sistem informasi manajemen ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Yogyakarta, 28 Maret 2018

Penyusun        




Daftar Isi

Halaman Judul .......................................................................................................i
Kata Pengantar ......................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................iii
Pendahuluan ..........................................................................................................1
Latar Belakang ......................................................................................................2
Metode ..................................................................................................................7
Hasil dan Pembahasan ..........................................................................................8
Kesimpulan .........................................................................................................12
Daftar Pustaka .....................................................................................................13














PENDAHULUAN

Berkembangnya dunia maya semakin banyak digunakan. Salah satunya dalam proses jual beli. Tetapi belum 100% masyarakat percaya pada proses jual beli melalui internet. Pasalnya masih banyak yang takut akan penipuan yang marak terjadi dalam proses online tersebut. Persepsi terhadap risiko tersebut diukur dengan menggunakan skala persepsi terhadap risiko yang mempunyai 27 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,924. Sedangkan kepercayaan konsumen diukur dengan menggunakan skala kepercayaan konsumen yang mempunyai 23 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,912. Aspek yang digunakan dalam skala persepsi terhadap risiko adalah pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi, sedangkan aspek yang digunakan dalam skala kepercayaan konsumen adalah integritas, benevolence, competency, dan predictability. Hal tersebut menunjukan bahwa persepsi terhadap risiko dan kepercayaan konsumen saling mempengaruhi. Dimana jika persepsi terhadap risiko tinggi maka kepercayaan konsumen rendah dan jika persepsi terhadap risiko rendah maka kepercayaan konsumen akan meningkat. Hal ini akan kita bahas pada artikel “Presepsi Risiko Melakukan E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen dalam Membeli Produk Fashion Online












LATAR BELAKANG

Berkembangnya jumlah pengguna internet di Indonesia, diprediksikan akan terus meningkatkan volume dan nilai transaksi e-commerce. Fenomena ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha, khususnya di Indonesia, untuk mulai mengembangkan inovasi bisnis melalui e-commerce.
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan kepada mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang menunjukkan bahwa dari 40 mahasiswa yang diminta sebagai responden hanya delapan orang yang pernah melakukan transaksi online. Dipilihnya mahasiswa psikologi Universitas Negeri Semarang karena mahasiswa psikologi memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Para mahasiswa yang belum pernah melakukan transaksi online tersebut memiliki alasan yang bervariasi. Lima belas orang menjawab takut atau ragu barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan. Sebagian lagi tidak tertarik dengan transaksi online karena transaksi online tidak praktis karena barang tidak bisa langsung diterima dan proses pembayaran yang rumit. Dari kedelapan orang yang pernah melakukan transaksi online, semuanya membeli produk fashion.
Mereka kebanyakan membeli tas, jam ataupun baju. Mereka semua memutuskan membeli online karena mereka sudah percaya dengan OS (online shop) tersebut dari rekomendasi teman ataupun dengan melihat album sold dari OS tersebut dan testimoni ataupun comment puas terhadap barang yang di pasarkan. (sumber: penelitian bulan Maret 2011 terhadap 40 mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang secara acak). Alasan-alasan yang dikemukakan oleh para responden tersebut sangat bertentangan dengan perkembangan e-commerce saat ini.
Di lingkungan mahasiswa psikologi Universitas Negeri Semarang keterlibatan mahasiswa dalam e-commerce masih terbilang rendah. Hal itu dikarenakan para mahasiswa merasa kurang percaya pada penjual ataupun takut akan risiko yang diterima. Ketidakpercayaan tersebut sendiri lebih dikarenakan mahasiswa telah mempersepsi secara negatif terhadap penjualan online berdasarkan penerimaan informasi tentang transaksi online dari sumber-sumber di sekitarnya. Berdasarkan teori, salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan adalah persepsi. Sedangkan persepsi dalam pemasaran mencakup empat macam yaitu perceived risk, perceived quality, perceived sacrifice, dan perceived value. Kaitan dengan e-commerce yang banyak mempengaruhi kepercayaan konsumen adalah persepsi terhadap risiko.
Kepercayaan konsumen adalah persepsi dari sudut pandang konsumen akan keandalan penjual dalam pengalaman dan terpenuhinya harapan dan kepuasan konsumen. Menurut Luarn dan Lin (2003) dalam Ferrinadewi (2008: 147) kepercayaan ada ketika konsumen memiliki keyakinan terhadap integritas, benevolence, competency, dan predictability dari penjual. Jadi komponen dari kepercayaan meliputi integritas, benevolence, competency dan predictability. Dijelaskan lebih rinci dalam Wiedenfels (2009: 40) dan Zaheer (2006: 30) sebagai berikut :
(1) Integritas adalah kejujuran dan kemampuan menepati janji dari pihak yang dipercaya (penjual). Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan bisnisnya. Integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-terangan (honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan (reliabilty).
(2) Benevolence (kebaikan hati) adalah perhatian dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan konsumen oleh penyedia barang. Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Penjual bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen. Benevolence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
(3) Competency adalah kemampuan penjual untuk melaksanakan kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi. Competency meliputi pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuam dalam ilmu pengetahuan.
(4) Predictability adalah konsistensi perilaku oleh penjual. Kemampuan penjual untuk memberikan kepastian akan barang yang dijual, sehingga konsumen dapat mengantisipasi dan memprediksi tentang kinerja penjual. Predictability meliputi citra diri dari penjual, risiko atau akibat yang mampu diprediksi dan konsistensi.
Hasil penelitian Walzuch et.al. (2001) (dalam Ferrinadewi, 2008: 149) pada pengecer berbasis elektonik menjelaskan bagaimana faktor pembentuk kepercayaan konsumen adalah faktor pengetahuan, faktor pengalaman, dan faktor persepsi.
Kepercayan konsumen terbentuk dengan dua cara berbeda, yaitu ada formasi langsung dan tidak langsung. Pada formasi langsung kepercayaan konsumen terbentuk tanpa terjadi keadaan lain sebelumnya. Kepercayaan terbentuk sebelum kita mengambil sikap atau keputusan yaitu saat konsumen melakukan pemrosesan informasi baik informasi dari produsen langsung yaitu iklan atau informasi dari sesama konsumen. Pada formasi tidak langsung terjadi sebaliknya yaitu jika sebuah keadaan (misalnya, sikap) menimbulkan penciptaan keadaan lainya (misalnya, kepercayaan). Dalam contoh, konsumen terlebih dahulu membeli suatu produk baru setelahnya membentuk kepercayaan serta perilaku selanjutnya (Mowen dan Minor, 2002: 322).
Persepsi adalah bagaimana individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi rangsangan yang datang pada dirinya dengan menggunakan bantuan indera menjadi gambaran objek yang memiliki kebenaran subjektif dan memiliki arti tertentu. Aspek yang menyusun persepsi adalah pengetahuan, pengharapan dan evaluasi.
Risiko adalah suatu konsekuensi negatif yang harus diterima akibat dari ketidakpastian dalam mengambil keputusan, jadi persepsi terhadap risiko adalah suatu cara konsumen mempersepsikan kemungkinan kerugian yang akan diperoleh dari keputusannya dikarenakan ketidakpastian dari hal yang diputuskan tersebut.

Risiko yang dipersepsi konsumen mencakup:
(1) Functional risk (Risiko Fungsional), yaitu risiko bila produk tidak dapat memberikan kinerja sebagaimana mestinya. Konsumen khawatir bahwa suatu produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
(2) Physical risk (Risiko Fisik) yaitu kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk dapat menyebabkan suatu bahaya fisik tertentu.
(3) Financial risk (Risiko Finansial), yaitu keragu-raguan konsumen bahwa suatu produk akan memberikan manfaat sebanding dengan banyaknya uang yang dikeluarkan untuk memperolehnya.
(4) Social risk (Risiko Sosial), yaitu kekhawatiran konsumen bahwa produk yang dikonsumsinya akan mendapatkan respon negatif dari orang-orang di sekelilingnya, seperti penghinaan yang menyebabkan perasaan malu.
(5) Psychological risk (Risiko Psikologis), yaitu kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk tidak akan memenuhi ego atau keinginanannya.
(6) Time risk (Risiko Waktu), yaitu kekhawatiran konsumen bahwa waktu yang dihabiskannya dalam mencari suatu produk akan sia-sia apabila produk yang dibeli tidak sebagus yang diharapkan.
Transaksi online atau e-commerce adalah bisnis kepercayaan. Rofiq (2007: 34). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa trust sebagai faktor penting dalam e-commerce dipengaruhi oleh tiga sumber, yaitu ability, benevolence, integrity.
Trust sendiri terbentuk oleh tiga faktor yaitu faktor pengetahuan, faktor pengalaman dan faktor persepsi. Hal tersebut di jelaskan dalam penelitian Walzuch et.al (2001) yang melakukan studi mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam e-retailing (belanja secara elektronik). Ferrinadewi (2008: 58) menyebutkan bahwa persepsi dalam kaitannya dengan keputusan pembelian dibagi menjadi empat macam yaitu perceived risk, perceived quality, perceived sacrifice,dan perceived value.
Secara tidak langsung dapat disebutkan bahwa salah satu faktor dalam kepercayaan konsumen adalah persepsi terhadap risiko. Dewi (2008) melakukan studi literatur tentang teori dan dimensi pengukuran persepsi terhadap risiko, dari penelitian tersebut dia menyimpulkan bahwa untuk menentukan besar kecilnya persepsi terhadap risiko perlu adanya riset konsumen dengan dimensi pengukuran risiko yang tepat.
Riset terdahulu telah menemukan variabel-variabel seperti financial risk, performance risk, physical risk, social risk, psychological risk, time risk dan satisfaction risk dan dimensi-dimensi yang relevan seperti probality of outcome, severity of outcome, availability, controllability, dreadedness, reversibility, dan catastrophic potential.
Dapat disimpulkan hubungan persepsi terhadap risiko dan kepercayaan konsumen dalam melakukan e-commerce adalah persepsi terhadap risiko secara tidak langsung menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan konsumen untuk melakukan e-commerce.
Rumusan Masalah:
Dari latar belakang di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
  1. Apa itu E-commerce?
  2. Metode apa yang digunakan dalam penelitian artikel Presepsi Resiko melakukan E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen Dalam Memebeli Produk Fashion Online,
  3. Bagaimana Hasil dan Pembahasannya?
Tujuan Penulisan :
1.      Untuk memenuhi tugas kelompok  Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen.
2.      Untuk mengetahui metode yang digunakan pada penelitian artikel yang dibahas.
3.      Untuk mengetahui hasil dan pembahasan yang digunakan pada penelitian artikel yang dibahas.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas kepercayaan konsumen, dan variabel tergantung persepsi resiko. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang berjumlah 321 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel ini didasarkan pada efisiensi waktu, tenaga, dana, serta risiko sampling error yang relatif rendah. Subjek yang akan diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 80 orang yang berasal 25% dari populasi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment dengan program analisis statistik komputer yaitu Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.00.
















HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Berikut tabel hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi Pearson:
Tabel 1.




Tampak dari tabel tersebut hubungan antara kepercayaan konsumen dengan persepsi terhadap risiko sebesar - 0,518. Nilai signifikansi atau pada penelitian ini adalah 0,000 < 0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap risiko dengan kepercayaan konsumen atau hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Dengan kata lain semakin tinggi persepsi terhadap risiko maka semakin rendah kepercayaan konsumen pada Mahasiswa Psiologi Universitas Negeri Semarang, begitu pula sebaliknya.
Note:
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
  •  0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
  • >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
  • >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
  • >0,5 – 0,75: Korelasi  kuat
  • >0,75 – 0,99: Korelasi  sangat kuat
  • 1: Korelasi sempurna
Secara umum, persepsi terhadap risiko mahasiswa cenderung negatif yang artinya sebagian besar mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang mempersepsikan bahwa terdapat risiko yang cukup tinggi jika melakukan e-commerce, sedangkan kepercayaan konsumen-nya sedang cenderung rendah yang artinya mahasiswa cenderung untuk tidak percaya terhadap pembelian produk fashion melalui facebook. Dari aspek persepsi terhadap risiko dan kepercayaan konsumen terdapat kesesuaian yang mana aspek pengetahuan dan evaluasi cenderung tinggi sesuai dengan kepercayaan konsumen yang cenderung rendah, namun pada aspek pengharapan terjadi ketidaksesuaian. Pada aspek pengharapan memiliki kecenderungan positif hal tersebut disebabkan pada umumnya manusia selalu mengaharapakan pada hal yang positif.
Ihalauw dan Prasetijo, (2004: 81) menyebutkan risiko akan selalu mengikuti setiap pengambilan keputusan. Ada dan tidak adanya risiko sangat objektif tergantung siapa yang mempersepsikanya. Risiko yang dipersepsi adalah risiko yang mempengaruhi perilaku konsumen, jadi dapat dikatakan persepsi terhadap risiko mempengaruhi perilaku konsumen atau dalam hal ini adalah kepercayaan konsumen.
Disebutkan pula dalam penelitian Walzuch (2001) dalam Ferrinadewi (2009: 58) bahwa pada pengecer berbasis elektronik atau e-reatiling, yang menentukan kepercayaan konsumen adalah faktor pengetahuan, faktor pengalaman dan faktor persepsi. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat hubungan dari persepsi dengan kepercayaan konsumen dimana persepsi sebagai salah satu faktor yang menentukan kepercayaan konsumen. Ferrinadewi (2008: 58) menyebutkan bahwa persepsi dalam kaitannya dengan keputusan pembelian dibagi menjadi empat macam yaitu perceived risk, perceived quality, perceived sacrifice, dan perceived value. Secara tidak langsung dapat disebutkan bahwa salah satu faktor dalam kepercayaan konsumen adalah persepsi terhadap risiko.
Persepsi terhadap risiko secara langsung mempengaruhi kepercayaan konsumen, jika persepsi terhadap risiko tinggi maka terjadi distrust atau ketidakpercayaan yang mengakibatkan keragu-raguan dan kemungkinan untuk meninggalkan OS (online shop) atau transaksi, dan jika persepsi terhadap risiko rendah maka akan terjadi trust yang selanjutnya berefek pada komitmen serta kesetiaan pelanggan.
Selain persepsi terhadap risiko yang mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam pembelian online, Suyoto (2006) menyebutkan bahwa penguasaan teknologi internet, tingkat mutu penjual dan tampilan website juga mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen. Di Indonesia secara umum dan pada lingkungan mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang secara khusus, jual-beli online masih tergolong baru, sehingga pengetahuan tentantang e-commerce dan segala pengaplikasiannya masih kurang, sehingga kepercayaan konsumen pada mahasiswa psikologi cenderung rendah.
Bisnis jual-beli online adalah bisnis kepercayaan yang penuh dengan risiko, karena ketika pembeli memutuskan membeli dari vendor atau penjual yang tidak dikenal, pelanggan tidak mengetahui kualitas barang yang ditawarkan. Grabner-Krauter dalam Suyoto (2006) menklasifikasikan ketidakpastian dalam e-commerce yang berupa ketidakpastian sistem, sekuritas, dan masalah teksnis dalam e-commerce merupakan risiko yang harus diambil oleh pembeli. Untuk itu pentingnya usaha untuk meningkatkan kepercayaan konsumen oleh penjual atau pihak vendor dengan meminimalisir persepsi terhadap risiko pada konsumen.
Noteberg dkk. (2000) menyebutkan bahwa kepercayaan konsumen memiliki hubungan timbal balik. Dimana persepsi terhadap risiko mempengaruhi kepercayaan konsumen, dan begitu pula kepercayan konsumen mempengaruhi tingkat persepsi terhadap risiko pada pembeli.
Mahasiswa yang memiliki persepsi terhadap risiko yang tinggi pada umumnya memiliki kepercayaan konsumen yang rendah begitu pula sebaliknya mahasiswa yang memiliki persepsi terhadap risiko yang rendah memiliki kepercayaan konsumen yang tinggi.
























SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebagian besar Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang persepsi negatif terhadap risiko dalam melakukan e-commerce. Artinya mahasiswa Psikologi UNNES cenderung menganggap bahwa melakukan e-commerce memiliki resiko yang cukup tinggi.
2) Tingkat kepercayaan konsumen dalam membeli produk fashion melalui facebook pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Semarang tergolong sedang cenderung rendah. Artinya mahasiswa Psikologi UNNES cenderung tidak memiliki kepercayaan untuk membeli produk fasion melalui facebook.
3) Terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko melakukan e-commerce dengan kepercayaan konsumen dalam membeli produk fashion melalui facebook pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Semarang.
















DAFTAR PUSTAKA

Persepsi Risiko Melakukan E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen Dalam Membeli Produk Fashion Online, Restika Firdayanti, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
http:// journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip



Previous
Next Post »

Mengenal Seni Musik Lebih Dalam

Seni musik merupakan bagian penting dari kehidupan. Musik digunakan dalam semua hal diantaraya sebagai ungkapan ekspresi diri. Seseorang pa...