Presepsi Risiko
Melakukan E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen dalam Membeli Produk Fashion
Online
Tim Penyusun :
Burhanuddin Y Iqbal 5160311016
Azminuri Dyah I 5160311023
Dewi Kurniawati 5160311028
Tsaraulya Atika L 5160311032
Candana Kumalasari 5160311046
Riana Ayu 5160311049
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Informasi Manajeme
tentang “Persepsi resiko melakukan E-commerce dengan kepercayaan konsumen dalam
membeli produk fashion online”.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sistem
informasi manajemen ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Yogyakarta, 28 Maret 2018
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
.......................................................................................................i
Kata Pengantar
......................................................................................................ii
Daftar
isi...............................................................................................................iii
Pendahuluan
..........................................................................................................1
Latar Belakang
......................................................................................................2
Metode
..................................................................................................................7
Hasil dan Pembahasan
..........................................................................................8
Kesimpulan
.........................................................................................................12
Daftar Pustaka
.....................................................................................................13
PENDAHULUAN
Berkembangnya dunia maya semakin
banyak digunakan. Salah satunya dalam proses jual beli. Tetapi belum 100%
masyarakat percaya pada proses jual beli melalui internet. Pasalnya masih
banyak yang takut akan penipuan yang marak terjadi dalam proses online
tersebut. Persepsi terhadap risiko tersebut diukur dengan menggunakan skala
persepsi terhadap risiko yang mempunyai 27 item dengan nilai reliabilitas
sebesar 0,924. Sedangkan kepercayaan konsumen diukur dengan menggunakan skala
kepercayaan konsumen yang mempunyai 23 item dengan nilai reliabilitas sebesar
0,912. Aspek yang digunakan dalam skala persepsi terhadap risiko adalah
pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi, sedangkan aspek yang digunakan dalam
skala kepercayaan konsumen adalah integritas, benevolence, competency, dan
predictability. Hal tersebut menunjukan bahwa persepsi terhadap risiko dan
kepercayaan konsumen saling mempengaruhi. Dimana jika persepsi terhadap risiko
tinggi maka kepercayaan konsumen rendah dan jika persepsi terhadap risiko
rendah maka kepercayaan konsumen akan meningkat. Hal ini akan kita bahas pada
artikel “Presepsi Risiko Melakukan E-Commerce dengan
Kepercayaan Konsumen dalam Membeli Produk Fashion Online”
LATAR
BELAKANG
Berkembangnya jumlah
pengguna internet di Indonesia, diprediksikan akan terus meningkatkan volume
dan nilai transaksi e-commerce. Fenomena ini diharapkan dapat menjadi daya
tarik bagi pengusaha, khususnya di Indonesia, untuk mulai mengembangkan inovasi
bisnis melalui e-commerce.
Berdasarkan survey awal
yang telah dilakukan kepada mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang
menunjukkan bahwa dari 40 mahasiswa yang diminta sebagai responden hanya
delapan orang yang pernah melakukan transaksi online. Dipilihnya mahasiswa
psikologi Universitas Negeri Semarang karena mahasiswa psikologi memiliki
karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Para
mahasiswa yang belum pernah melakukan transaksi online tersebut memiliki alasan
yang bervariasi. Lima belas orang menjawab takut atau ragu barang yang diterima
tidak sesuai dengan yang dipesan. Sebagian lagi tidak tertarik dengan transaksi
online karena transaksi online tidak praktis karena barang tidak bisa langsung
diterima dan proses pembayaran yang rumit. Dari kedelapan orang yang pernah
melakukan transaksi online, semuanya membeli produk fashion.
Mereka kebanyakan membeli
tas, jam ataupun baju. Mereka semua memutuskan membeli online karena mereka
sudah percaya dengan OS (online shop) tersebut dari rekomendasi teman ataupun
dengan melihat album sold dari OS tersebut dan testimoni ataupun comment puas
terhadap barang yang di pasarkan. (sumber: penelitian bulan Maret 2011 terhadap
40 mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang secara acak).
Alasan-alasan yang dikemukakan oleh para responden tersebut sangat bertentangan
dengan perkembangan e-commerce saat ini.
Di lingkungan mahasiswa
psikologi Universitas Negeri Semarang keterlibatan mahasiswa dalam e-commerce
masih terbilang rendah. Hal itu dikarenakan para mahasiswa merasa kurang
percaya pada penjual ataupun takut akan risiko yang diterima. Ketidakpercayaan
tersebut sendiri lebih dikarenakan mahasiswa telah mempersepsi secara negatif
terhadap penjualan online berdasarkan penerimaan informasi tentang transaksi
online dari sumber-sumber di sekitarnya. Berdasarkan teori, salah satu faktor
yang mempengaruhi kepercayaan adalah persepsi. Sedangkan persepsi dalam
pemasaran mencakup empat macam yaitu perceived risk, perceived quality,
perceived sacrifice, dan perceived value. Kaitan dengan e-commerce yang banyak
mempengaruhi kepercayaan konsumen adalah persepsi terhadap risiko.
Kepercayaan konsumen
adalah persepsi dari sudut pandang konsumen akan keandalan penjual dalam
pengalaman dan terpenuhinya harapan dan kepuasan konsumen. Menurut Luarn dan
Lin (2003) dalam Ferrinadewi (2008: 147) kepercayaan ada ketika konsumen
memiliki keyakinan terhadap integritas, benevolence, competency, dan
predictability dari penjual. Jadi komponen dari kepercayaan meliputi
integritas, benevolence, competency dan predictability. Dijelaskan lebih rinci
dalam Wiedenfels (2009: 40) dan Zaheer (2006: 30) sebagai berikut :
(1) Integritas adalah kejujuran dan
kemampuan menepati janji dari pihak yang dipercaya (penjual). Integritas
berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam menjalankan
bisnisnya. Integrity dapat dilihat dari sudut kewajaran (fairness), pemenuhan
(fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-terangan (honestly), keterkaitan
(dependability), dan kehandalan (reliabilty).
(2) Benevolence (kebaikan hati) adalah
perhatian dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan konsumen oleh
penyedia barang. Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan
kepuasan yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Penjual
bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga memiliki
perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen. Benevolence meliputi
perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
(3) Competency adalah kemampuan penjual
untuk melaksanakan kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu
menyediakan, melayani, sampai mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain.
Artinya bahwa konsumen memperoleh jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual
dalam melakukan transaksi. Competency meliputi pengalaman, pengesahan
institusional, dan kemampuam dalam ilmu pengetahuan.
(4) Predictability adalah konsistensi
perilaku oleh penjual. Kemampuan penjual untuk memberikan kepastian akan barang
yang dijual, sehingga konsumen dapat mengantisipasi dan memprediksi tentang
kinerja penjual. Predictability meliputi citra diri dari penjual, risiko atau
akibat yang mampu diprediksi dan konsistensi.
Hasil penelitian Walzuch et.al. (2001)
(dalam Ferrinadewi, 2008: 149) pada pengecer berbasis elektonik menjelaskan
bagaimana faktor pembentuk kepercayaan konsumen adalah faktor pengetahuan,
faktor pengalaman, dan faktor persepsi.
Kepercayan konsumen
terbentuk dengan dua cara berbeda, yaitu ada formasi langsung dan tidak
langsung. Pada formasi langsung kepercayaan konsumen terbentuk tanpa terjadi
keadaan lain sebelumnya. Kepercayaan terbentuk sebelum kita mengambil sikap
atau keputusan yaitu saat konsumen melakukan pemrosesan informasi baik
informasi dari produsen langsung yaitu iklan atau informasi dari sesama konsumen.
Pada formasi tidak langsung terjadi sebaliknya yaitu jika sebuah keadaan
(misalnya, sikap) menimbulkan penciptaan keadaan lainya (misalnya,
kepercayaan). Dalam contoh, konsumen terlebih dahulu membeli suatu produk baru
setelahnya membentuk kepercayaan serta perilaku selanjutnya (Mowen dan Minor,
2002: 322).
Persepsi adalah bagaimana
individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi rangsangan yang datang
pada dirinya dengan menggunakan bantuan indera menjadi gambaran objek yang
memiliki kebenaran subjektif dan memiliki arti tertentu. Aspek yang menyusun
persepsi adalah pengetahuan, pengharapan dan evaluasi.
Risiko adalah suatu
konsekuensi negatif yang harus diterima akibat dari ketidakpastian dalam
mengambil keputusan, jadi persepsi terhadap risiko adalah suatu cara konsumen
mempersepsikan kemungkinan kerugian yang akan diperoleh dari keputusannya
dikarenakan ketidakpastian dari hal yang diputuskan tersebut.
Risiko yang dipersepsi konsumen mencakup:
(1) Functional risk (Risiko Fungsional),
yaitu risiko bila produk tidak dapat memberikan kinerja sebagaimana mestinya.
Konsumen khawatir bahwa suatu produk tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
(2) Physical risk (Risiko Fisik) yaitu
kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk dapat menyebabkan suatu bahaya fisik
tertentu.
(3) Financial risk (Risiko Finansial),
yaitu keragu-raguan konsumen bahwa suatu produk akan memberikan manfaat
sebanding dengan banyaknya uang yang dikeluarkan untuk memperolehnya.
(4) Social risk (Risiko Sosial), yaitu
kekhawatiran konsumen bahwa produk yang dikonsumsinya akan mendapatkan respon
negatif dari orang-orang di sekelilingnya, seperti penghinaan yang menyebabkan
perasaan malu.
(5) Psychological risk (Risiko
Psikologis), yaitu kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk tidak akan memenuhi
ego atau keinginanannya.
(6) Time risk (Risiko Waktu), yaitu
kekhawatiran konsumen bahwa waktu yang dihabiskannya dalam mencari suatu produk
akan sia-sia apabila produk yang dibeli tidak sebagus yang diharapkan.
Transaksi online atau e-commerce adalah
bisnis kepercayaan. Rofiq (2007: 34). Berdasarkan penelitian tersebut
menunjukkan bahwa trust sebagai faktor penting dalam e-commerce dipengaruhi
oleh tiga sumber, yaitu ability, benevolence, integrity.
Trust sendiri terbentuk
oleh tiga faktor yaitu faktor pengetahuan, faktor pengalaman dan faktor
persepsi. Hal tersebut di jelaskan dalam penelitian Walzuch et.al (2001) yang
melakukan studi mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kepercayaan
konsumen dalam e-retailing (belanja secara elektronik). Ferrinadewi (2008: 58)
menyebutkan bahwa persepsi dalam kaitannya dengan keputusan pembelian dibagi
menjadi empat macam yaitu perceived risk, perceived quality, perceived
sacrifice,dan perceived value.
Secara tidak langsung
dapat disebutkan bahwa salah satu faktor dalam kepercayaan konsumen adalah
persepsi terhadap risiko. Dewi (2008) melakukan studi literatur tentang teori
dan dimensi pengukuran persepsi terhadap risiko, dari penelitian tersebut dia
menyimpulkan bahwa untuk menentukan besar kecilnya persepsi terhadap risiko
perlu adanya riset konsumen dengan dimensi pengukuran risiko yang tepat.
Riset terdahulu telah
menemukan variabel-variabel seperti financial risk, performance risk, physical
risk, social risk, psychological risk, time risk dan satisfaction risk dan
dimensi-dimensi yang relevan seperti probality of outcome, severity of outcome,
availability, controllability, dreadedness, reversibility, dan catastrophic
potential.
Dapat disimpulkan
hubungan persepsi terhadap risiko dan kepercayaan konsumen dalam melakukan
e-commerce adalah persepsi terhadap risiko secara tidak langsung menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan konsumen untuk melakukan e-commerce.
Rumusan
Masalah:
Dari
latar belakang di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut :
- Apa
itu E-commerce?
- Metode
apa yang digunakan dalam penelitian artikel Presepsi Resiko melakukan
E-Commerce dengan Kepercayaan Konsumen Dalam Memebeli Produk Fashion
Online,
- Bagaimana
Hasil dan Pembahasannya?
Tujuan Penulisan :
1. Untuk
memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen.
2. Untuk
mengetahui metode yang digunakan pada penelitian artikel yang dibahas.
3. Untuk
mengetahui hasil dan pembahasan yang digunakan pada penelitian artikel yang
dibahas.
METODE
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Variabel yang digunakan dalam
penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas kepercayaan konsumen,
dan variabel tergantung persepsi resiko. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang berjumlah 321
mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified
Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel ini didasarkan pada efisiensi
waktu, tenaga, dana, serta risiko sampling error yang relatif rendah. Subjek
yang akan diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 80 orang yang berasal 25%
dari populasi.
Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode skala. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment dengan
program analisis statistik komputer yaitu Statistical Package for Social
Science (SPSS) versi 17.00.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Uji korelasi Pearson
dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel satu dengan
variabel lain. Berikut tabel hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi
Pearson:
Tabel 1.
Tampak dari tabel
tersebut hubungan antara kepercayaan konsumen dengan persepsi terhadap risiko
sebesar - 0,518. Nilai signifikansi atau pada penelitian ini adalah 0,000 <
0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi
terhadap risiko dengan kepercayaan konsumen atau hubungan kedua variabel
tersebut signifikan. Dengan kata lain semakin tinggi persepsi terhadap risiko
maka semakin rendah kepercayaan konsumen pada Mahasiswa Psiologi Universitas
Negeri Semarang, begitu pula sebaliknya.
Note:
Koefesien
korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel.
Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength)
hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi
positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika
koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.
Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah
(dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut
(Sarwono:2006):
- 0 : Tidak ada korelasi antara dua
variabel
- >0 – 0,25: Korelasi sangat
lemah
- >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
- >0,5 – 0,75: Korelasi
kuat
- >0,75 – 0,99: Korelasi
sangat kuat
- 1: Korelasi sempurna
Secara umum, persepsi
terhadap risiko mahasiswa cenderung negatif yang artinya sebagian besar
mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang mempersepsikan bahwa
terdapat risiko yang cukup tinggi jika melakukan e-commerce, sedangkan
kepercayaan konsumen-nya sedang cenderung rendah yang artinya mahasiswa
cenderung untuk tidak percaya terhadap pembelian produk fashion melalui
facebook. Dari aspek persepsi terhadap risiko dan kepercayaan konsumen terdapat
kesesuaian yang mana aspek pengetahuan dan evaluasi cenderung tinggi sesuai
dengan kepercayaan konsumen yang cenderung rendah, namun pada aspek pengharapan
terjadi ketidaksesuaian. Pada aspek pengharapan memiliki kecenderungan positif
hal tersebut disebabkan pada umumnya manusia selalu mengaharapakan pada hal
yang positif.
Ihalauw dan Prasetijo,
(2004: 81) menyebutkan risiko akan selalu mengikuti setiap pengambilan
keputusan. Ada dan tidak adanya risiko sangat objektif tergantung siapa yang
mempersepsikanya. Risiko yang dipersepsi adalah risiko yang mempengaruhi
perilaku konsumen, jadi dapat dikatakan persepsi terhadap risiko mempengaruhi
perilaku konsumen atau dalam hal ini adalah kepercayaan konsumen.
Disebutkan pula dalam penelitian Walzuch
(2001) dalam Ferrinadewi (2009: 58) bahwa pada pengecer berbasis elektronik
atau e-reatiling, yang menentukan kepercayaan konsumen adalah faktor
pengetahuan, faktor pengalaman dan faktor persepsi. Berdasarkan penelitian
tersebut dapat dilihat hubungan dari persepsi dengan kepercayaan konsumen
dimana persepsi sebagai salah satu faktor yang menentukan kepercayaan konsumen.
Ferrinadewi (2008: 58) menyebutkan bahwa persepsi dalam kaitannya dengan
keputusan pembelian dibagi menjadi empat macam yaitu perceived risk, perceived
quality, perceived sacrifice, dan perceived value. Secara tidak langsung dapat
disebutkan bahwa salah satu faktor dalam kepercayaan konsumen adalah persepsi
terhadap risiko.
Persepsi terhadap risiko
secara langsung mempengaruhi kepercayaan konsumen, jika persepsi terhadap
risiko tinggi maka terjadi distrust atau ketidakpercayaan yang mengakibatkan
keragu-raguan dan kemungkinan untuk meninggalkan OS (online shop) atau
transaksi, dan jika persepsi terhadap risiko rendah maka akan terjadi trust
yang selanjutnya berefek pada komitmen serta kesetiaan pelanggan.
Selain persepsi terhadap
risiko yang mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam pembelian online, Suyoto
(2006) menyebutkan bahwa penguasaan teknologi internet, tingkat mutu penjual
dan tampilan website juga mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen. Di
Indonesia secara umum dan pada lingkungan mahasiswa Psikologi Universitas
Negeri Semarang secara khusus, jual-beli online masih tergolong baru, sehingga
pengetahuan tentantang e-commerce dan segala pengaplikasiannya masih kurang,
sehingga kepercayaan konsumen pada mahasiswa psikologi cenderung rendah.
Bisnis jual-beli online adalah bisnis
kepercayaan yang penuh dengan risiko, karena ketika pembeli memutuskan membeli
dari vendor atau penjual yang tidak dikenal, pelanggan tidak mengetahui
kualitas barang yang ditawarkan. Grabner-Krauter dalam Suyoto (2006)
menklasifikasikan ketidakpastian dalam e-commerce yang berupa ketidakpastian
sistem, sekuritas, dan masalah teksnis dalam e-commerce merupakan risiko yang
harus diambil oleh pembeli. Untuk itu pentingnya usaha untuk meningkatkan
kepercayaan konsumen oleh penjual atau pihak vendor dengan meminimalisir
persepsi terhadap risiko pada konsumen.
Noteberg dkk. (2000) menyebutkan bahwa
kepercayaan konsumen memiliki hubungan timbal balik. Dimana persepsi terhadap
risiko mempengaruhi kepercayaan konsumen, dan begitu pula kepercayan konsumen
mempengaruhi tingkat persepsi terhadap risiko pada pembeli.
Mahasiswa yang memiliki persepsi terhadap
risiko yang tinggi pada umumnya memiliki kepercayaan konsumen yang rendah
begitu pula sebaliknya mahasiswa yang memiliki persepsi terhadap risiko yang
rendah memiliki kepercayaan konsumen yang tinggi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
pembahasan penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebagian besar Mahasiswa Psikologi
Universitas Negeri Semarang persepsi negatif terhadap risiko dalam melakukan
e-commerce. Artinya mahasiswa Psikologi UNNES cenderung menganggap bahwa
melakukan e-commerce memiliki resiko yang cukup tinggi.
2) Tingkat kepercayaan konsumen dalam
membeli produk fashion melalui facebook pada mahasiswa psikologi Universitas
Negeri Semarang tergolong sedang cenderung rendah. Artinya mahasiswa Psikologi
UNNES cenderung tidak memiliki kepercayaan untuk membeli produk fasion melalui
facebook.
3) Terdapat hubungan antara persepsi
terhadap resiko melakukan e-commerce dengan kepercayaan konsumen dalam membeli
produk fashion melalui facebook pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri
Semarang.
DAFTAR
PUSTAKA
Persepsi Risiko Melakukan E-Commerce
dengan Kepercayaan Konsumen Dalam Membeli Produk Fashion Online, Restika
Firdayanti, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia
http:// journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip
ConversionConversion EmoticonEmoticon